Sabtu, 28 Juni 2008

Angin Segar Untuk Ekspor Belut ke Cina

Ada angin segar dari pemerintah mengenai pangsa pasar ekspor belut ke Cina setelah beberapa waktu lalu sempat dilarang oleh pemerintah Cina. Berikut beritanya :

JAKARTA – Pemerintah menargetkan ekspor produk perikanan ke Tiongkok bakal meningkat lima kali lipat pada tahun 2010. Jika saat ini ekspor ke negeri ginseng itu mencapai USD 60 juta (Rp 552 miliar), pada tahun 2010 diperkirakan menjadi USD 300 juta (Rp 2,76 triliun).

Dirjen Pengolahan dan Perikanan Hasil Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan, Martani Huseini mengatakan, Tiongkok mengizinkan kembali ijin impor produk perikanan dari Indonesia sejak 5 Januari lalu. Hal itu menjadi potensi besar bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspornya ke Tiongkok. “Budidaya perikanan di Tiongkok terkendala empat musim, sedangkan kita bisa sepanjang waktu,” ujarnya.

Martanai menjelaskan, Indonesia selama ini banyak mengekspor produk aquatic dari berbagai jenis, seperti ikan hidup, ikan kering, maupun produk olahan lainnya. Kedepan, komoditi belut diperkirakan bakal menjadi produk ekspor andalan Indonesia ke Tiongkok. Selama ini, produksi belut first grade (kelas satu) Tiongkok diekspor ke Jepang, sementara kelas duanya (second grade) kosong. “Untuk itu kita akan pasok belut second grade ke Tiongkok,” tuturnya.

Pencabutan larangan ekspor produk aquatic ke Tiongkok, bukan atas dasar politis namun karena Tiongkok telah percaya produk perikanan Indonesia masuk jaminan mutu. Selain itu, kedua negara sepakat mengakiri kesalahpahaman yang dinilai memicu retaliasi (pembalasan) pelarangan dari Tiongkok. “Kedepan kita hanya mengizinkan perdagangan oleh eksportir terdaftar, selain itu ada kesepakatan tentang penunjukan laboratorium penguji,” jelasnya.

Ia hanya menyesalkan, adanya perbedaan data ekspor produk perikanan (aquatic) dari Indonesia ke Tiongkok yang dicatat oleh kedua negara. Indonesia mencatat ekspor produk perikanan selama tahun 2007 sebesar USD 60 juta, sedangkan Tiongkok mencatat sebesar USD 150 juta, atau selisih USD 90 juta (Rp 828 miliar). “Selisih nilai itu ditengarai banyak disumbang dari perdagangan illegal melalui berbagai cara,” tambahnya.

Ekspor illegal itu sebagian juga disumbang oleh adanya perdagangan tidak langsun produk aquatic Indonesia melalui Hongkong. Pedagang dari Indonesia lebih suka menjual produk aquatic-nya melalui Hongkong, sebab negara itu memebrikan banyak fasilitas serta pengurangan bea masuk. Setelah itu secara mudah mereka mendistribusikan ke Tiongkok. “Perbedaan angka ini sangat besar, sehingg harus menjadi perhatian khusus kita,” jelasnya. (wir)

Optimis tanpa mengeluh..pasti bisa !!!

1 komentar:

Unknown mengatakan...

saya sedand memulai budi daya belut cuma saya kesulitan dalam pemasarannya
telp 02193649294